Siapkah Kamu Merasakan Suka-Duka Mengenyam Pendidikan di Singapura?

Campus, Kamis, 04/02/2016 12:01 WIB

Siapkah Kamu Merasakan Suka-Duka Mengenyam Pendidikan di Singapura?

Sebagai salah satu negara maju, Singapura menawarkan kualitas pendidikan yang menjanjikan. Siapkah kamu merasakan kompetisi di sana?
Siapkah Kamu Merasakan Suka-Duka Mengenyam Pendidikan di Singapura?
Secara geografis, Singapura terletak tidak jauh dari Indonesia. Meski begitu, negara ini punya banyak perbedaan dengan Indonesia. Salah satunya adalah Singapura yang merupakan negara maju dengan kualitas sistem pendidikan yang di atas Indonesia.

Beberapa hal ini oleh-oleh pengalaman dari Evan Purnama, alumni Nanyang Technological University (NTU), yang sudah 3,5 tahun mencicipi iklim belajar di Singapura. Simak yuk, khususnya untuk kamu yang berniat menjadikan Singapura sebagai destinasi studimu.


Iklim pembelajaran kompetitif

Kebanyakan orang Singapura, menurut Evan, menghidupi budaya kiasu. Kiasu secara harfiah berarti takut kalah. Orang-orang Singapura berusaha sekeras mungkin untuk tidak mau kalah sehingga hal itu berimbas pada iklim kompetisi yang sangat tinggi.

Iklim tersebut harus juga dianut oleh orang Indonesia yang hendak menempuh studi di sana. Jika menolak, tidak menutup kemungkinan akan ‘tersingkir’. “Ada beberapa mahasiswa Indonesia yang DO, pulang, molor, itu bukan karena dia enggak pinter, tapi karena mereka kaget sama sistemnya,” ungkap Evan.


Stop praktikkan ‘Sistem Kebut Semalam’

Dengan iklim kompetisi yang ketat, Evan menyarankan untuk tidak lagi menganut gaya belajar kebanyakan orang Indonesia yang biasanya sering disebut sistem kebut semalam. “Walaupun kita udah ngejawab soal dengan benar, itu enggak menjamin nilai kita bagus. Soalnya, penilaiannya itu dibandingkan dengan mahasiswa lain. Misalnya soalnya gampang, terus 90 persen bener, tapi yang lain bener 94 persen, nah itu malah kita dapet nilai jelek.” Ungkap Evan.


Sesuaikan kemampuan bahasa Inggrismu dengan bahasa Inggris ala Singapura

Satu hal yang harus di-ugrade menurut Evan, adalah soal kemampuan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan di Singapura menurutnya berbeda dengan bahasa Inggris yang umumnya kita kenal. “Bahasa Inggris di Singapura itu beda sama bahasa Inggris yang sering ada di TV, bahasa Inggris Hollywood. Nah, di sini bahasa Inggrisnya 'Singlish' atau Singapore English, jadi butuh penyesuaian,” pesan Evan.


Kualitas pendidikan yang terus meningkat

Ini merupakan satu hal positif yang dirasakan Evan saat memilih menempuh studi di Singapura. Iklim kompetensi yang ketat jelas berimbas pada kualitas pendidikan yang meningkat. “Dari awal masuk sampai keluar, di Singapura sendiri lagi gencar-gencarnya meningkatkan kualitas universitasnya. Jadi, semacam ngerasain growing-nya universitas ini,” kenang Evan. Sebagai salah satu negara yang berfokus pada bidang pendidikan, Singapura selalu melakukan riset untuk meranking universitas yang ada di sana.


Negatifnya, apa-apa mahal!

Tingginya harga komoditas di sana merupakan satu hal yang paling tidak disukai Evan dari Singapura. Evan mengeluhkan, harga barang-barang di Singapura berkali-kali lipat dari harga di Indonesia. “Hampir tiap hari bokek,” candanya. Untuk keluar dari masalah tersebut, Evan mencoba melakukan kerja part time. Menurutnya, part time menjadi solusi untuk menjawab tuntutan finansial yang tinggi di Singapura.

Semoga suka-duka pengalaman Evan Purnama di atas bisa jadi bekal pengetahuan bagimu yang mau melanjutkan studi di Singapura. Good luck!



Penulis          : Grattiana Timur

Editor            : Yuana Anandatama

Grafis            : Ardiansyah Bahrul A.



Sumber :http://www.careernews.id/tips/view/3787-Siapkah-Kamu-Merasakan-Suka-Duka-Mengenyam-Pendidikan-di-Singapura


Siapkah Kamu Merasakan Suka-Duka Mengenyam Pendidikan di Singapura? Siapkah Kamu Merasakan Suka-Duka Mengenyam Pendidikan di Singapura? Reviewed by dobling on 4:30 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.